Met hari lahir, mama…

Maaf….Tidak ada kue tart…
Kami tahu …tidak ada kue yang semanis kasih sayangmu
Bahkan bila seluruh gula dan madu dijadikan padu
Tidak akan menandingi manis itu…

Maaf….Tidak ada pisau untuk memotongnya
Kami tahu…pisau itu tak setajam lidah kami
Lidah yang selalu mengiris, merobek dan menyayat kalbumu

Maaf….Tidak ada juga lilin yang dapat ditiup
kami tahu…cinta kami untukmu lebih redup daripada lilin yang kecil itu
Padahal cintamu pada kami melebihi terangnya sang matahari

Hanya selembar kain penutup aurat ini yang dapat kami beri
Kami hanya berharap mama selalu disayangi dan dikasihi-Nya


Lagi-lagi bulu mataku terbasahi. Dan lagi-lagi dikarenakan oleh kata-kata yang terangkai dalam kalimat lalu tersusun harmonis menjadi sebuah tulisan. Kuakui, ada tiga hal yang beberapa kali menyeruakkan dadaku lalu bereaksi pada kelenjar air mata, lalu membasahi bulu mata yang berjejer rapi di kelopak. Tiga hal itu adalah selalu mengenai ibu, seseorang yang menghadapi kematian, dan tentang kemenangan dakwah.

Aku ingin berbagi sebuah messege yang kudapat dari sebuah group facebook. Salah satu dari tiga hal di atas diceritakan dalam tulisan ini, yakni tentang jasa ibu. Aku hanya ingin berbagi…

KEBOHONGAN SEORANG IBU

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
(more…)